Minggu, 02 Oktober 2011

Be A Single Part-Two

By: Simply Person

Wanita-wanita menjelang 30-an kasak-kusuk mencari pasangan, takut tidak kebagian peran menjadi isteri.
Padahal, kalau dipikir kembali, menjadi "isteri" artinya mengalami atau memasuki "dunia perbudakan", maaf kalau terdengar kasar dan skeptis.

Aku tidak membenci atau menentang pernikahan, bahkan tidak kupungkiri aku juga ingin memasuki dunia itu.
Tapi kembali merenungi.
Wajarkah seorang perempuan yang dilahirkan merdeka tiba-tiba harus tunduk pada aturan-aturan yang, "maaf" kolot menurutku.

Aku teringat dulu waktu masih SMP ibuku melarangku melanjutkan sekolah, "Sudahlah ga' usah sekolah, ujung-ujungnya nanti kamu ke dpur juga." Ujarnya ketika itu.
Lalu aku menangis tersedu-sedu. Aku ingin sekolah, teriak hatiku. Akhirnya aku melanjutkan sekolah SMA, bahkan sempat menyelesaikan pendidikan S1-ku.

Kembali ke alam perbudakan yang kumaksud.
Timbul pertanyaan, kenapa perempuan harus menikah dan setelah menikah mereka dituntut mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, mencuci, etc.
Belum lagi harus melayani "kehendak" suami, dan jika menolak akan diancam dengan pasal "dilaknat oleh malaikat sampai ke pagi,"
Damn, kenapa sih wanita diancam pada keterjebakan hegemoni absolut. Pemberontakan "isteri" adalah "dosa", tunduk pada "kehendak" suami mendapat pahala.
What a damn rules, hipokrit, pemaksaan.

Aku tidak ingin kalah dari lelaki, aku juga punya kemampuan. Aku bisa bertanggung jawab pada diri sendiri.

 Bahkan banyak lelaki sekarang ini kunilai kurang bertanggung jawab. Misalnya, memanfaatkan rasa cinta seorang wanita sehingga dia memperoleh "manfaat" dari wanita itu. Tak jarang terdengar "pemerkosaan atas nama cinta". Atau sebagian kasus yang kudengar dari lingkunganku, seseorang sengaja mencari calon isteri yang bekerja, karena dinilai memudahkan tanggung jawabnya sebagai suami, ya itung-itung membantu perekonomian keluarga, kilah mereka.
Padahal untuk apa isteri memusingkan itu semua. Toh, itu tanggung jawab suaminya.


Jadi, hai para wanita berhentilah terjebak pada kehidupan yang hipokrit kalau pada akhirnya kalian mengeluh ketika menjalani hidup yang telah kalian pilih.


*sekedar catatan iseng waktu senggang.

Be A Single Part-One

By: Simply Person

Ketika seseorang berputus asa mencari jodoh, orang lain sedang berusaha menemukannya.

Ketika seseorang menangis karena patah hati, orang lain tengah bahagia bercinta.